PROTIMES.CO – Anggota Komisi VI DPR RI, Nasril Bahar mengharapkan kepada 11 perusahaan gula rafinasi agar segera membangun perkebunan tebu di wilayah Indonesia Timur.
“Kita sangat berharap 11 perusahaan gula rafinasi, kedepan mereka tidak berbasiskan impor. Kita berharap berbasiskan perkebunan yang mereka bangun karena itu perintah UU,” kata Nasril Bahar di Jakarta, Kamis (2/10/2025).
Disamping itu, kata Nasril, 11 perusahaan gula rafinasi itu sudah menikmati hasil dari gula rafinasi tersebut, bahkan sudah belasan tahun, ada yang mulai tahun 2004, 2008.
“Artinya sudah belasan tahun mereka menikmati keuntungan. Jadi kalau darimana modalnya untuk membangun kebun tebu, saya rasa dari akumulasi keuntungan yang mereka dapatkan selama ini. Itu sudah lebih cukup untuk membangun atau membuat kebun tebu, kata Nasril.
Selain modal, mereka mengeluhkan lahan. Nasril mengatakan, lahan perkebunan untuk tebu sangat terbuka dan luas di wilayah Indonesia Timur.
“Persoalannya saja, mereka mau bangun kebun dimana, kata mereka. Kalau mencari kebun di wilayah Jawa dan Sumatera, gak akan ketemu lahan untuk perkebunan, tetapi coba cari di daerah Indonesia Timur, apakah di Sulawesi, NTB,
Papua. Pengusaha-pengusaha baru sekarang dapat kok ketika pemerintah mengalokasikan. Mereka (11 perusahaan) minta dong kepada pemerintah di daerah-daerah yang masih mempunyai lahan, kawasan yang iklimnya masih bisa mendukung,” sebut politisi PAN itu.
Nasril melanjutkan, mereka bangun bangun kebun, yang hasilnya berbentuk row sugar, dan kemudian row sugar itu dibawa ke pabrik yang terletak di pinggir pantai di Pulau Jawa.
“Mereka bawa ke pabrik mereka yang ada di pulau Jawa yang kata mereka pabrik-pabrik mereka berada di pinggir pantai . Silahkan pabrik mereka di pinggir pantai tapi bahan bakunya dari indonesia sendiri, yakni yang berbasis kebun di Indonesia Timur,” kata dia.
Dengan begitu, hal ini juga sesuai dengan program pemerintah dalam hal memeratakan pembangunan yang berada di wilayah Timur.
“Dalam mewujudkan Asta Cita kedua daripada visi misi Presiden Prabowo Subianto, itu terpenuhi dalam memenuhi swasembada pangan khususnya gula, itu yang kita inginkan,” sambung Nasril.
“Kalau berbasiskan impor, berarti devisa kita keluar. Kita maunya bisa mampu, mandiri bahan baku row sugar dari dalam negeri. Itu yang sesungguhnya kita inginkan kepada 11 perusahaan tersebut,” tambah Nasril.
Komisi VI DPR RI akan menggelar rapat gabungan dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, dan 11 perusahaan gula rafinasi.
“Dari teman-teman Komisi VI DPR RI tetap akan melanjutkan pertemuan dengan Kementerian Perdagangan bersama 11 perusahaan gula rafinasi, dilanjutkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian dalam bentuk rapat gabungan dalam hal mewujudkan Asta Cita kedua Presiden Prabowo Subianto, yaitu mewujudkan swasembada Pangan, khususnya gula,” ujar Nasril Bahar.
Ia menyebutkan, belasan tahun perusahaan gula rafinasi tidak mau membangun perkebunan tebu sendiri sebagai bahan dasar gula rafinasi. Perusahaan gula rafinasi selalu impor dan dijual di Indonesia.
Bahkan, gula rafinasi yang peruntukannya untuk industri dijual bebas ke pasar-pasar sehingga mengganggu harga kristal putih.
“Sudah cukup lama kita menantikan dari mulai presiden-presiden sebelumnya, selalu terhalang persoalan lahan. Presiden Prabowo mempersilahkan ke daerah timur dan pemerintah akan membantu dalam penyediaan lahan tersebut,” tukasnya.
Pewarta: Khairul
Editor: Reza







Be First to Comment