Kecam Keras Penangkapan Aktivis Kapal Madleen oleh Israel, DPR: Brutal dan Tidak Berperikemanusiaan

Kapal Madleen ditangkap di perairan internasional oleh pasukan elite Angkatan Laut Israel (Shayetet 13), kemudian dipindahkan ke Pelabuhan Ashdod, Israel.

PROTIMES.CO – Anggota Komisi I DPR RI Syamsu Rizal mengecam keras tindakan militer Israel yang menangkap dan menahan sejumlah aktivis kemanusiaan internasional saat hendak menyalurkan bantuan ke Gaza, Palestina, dengan Kapal Madleen.

“Tindakan Israel tersebut sangat brutal, tidak berperikemanusiaan, dan merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional,” kata Deng Ical, sapaan akrab Syamsu Rizal dalam keterangan resminya, Selasa (10/6/2025).

“Ini bukan hanya penahanan biasa ini adalah upaya sistematis untuk membungkam solidaritas kemanusiaan global terhadap penderitaan rakyat Gaza,” lanjutnya.

Deng Ical pun mendesak pemerintah Indonesia untuk mengutuk secara resmi tindakan Israel melalui saluran diplomatik.

Dia juga mendorong Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk menyelidiki insiden ini sebagai pelanggaran terhadap hukum laut internasional.

Selain itu, PBB juga disebutnya harus memfasilitasi perlindungan bagi aktivis kemanusiaan yang turut serta dalam misi kemanusiaan ke Gaza.

Ia menyoroti pentingnya penyaluran bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza mengingat banyak dari mereka yang kelaparan. Penduduk Gaza juga membutuhkan perawatan medis.

“Apa yang dilakukan para aktivis kemanusiaan di Kapal Madleen seharusnya didukung dunia internasional. Aksi Israel harus dikutuk,” tegas politisi asal Dapil Sulawesi Selatan I itu.

Warga Gaza, kata Deng Ical, sudah sangat menderita. Israel betul-betul melakukan genosida dan ingin membunuh semua warga Gaza.

Walaupun mendapatkan kecaman dan kutukan dari berbagai negara, pemerintah Israel tetap melakukan pembunuhan di Gaza.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan di Gaza, hingga 9 Juni 2025, sebanyak 54.927 orang meninggal dunia, mayoritas merupakan perempuan dan anak-anak.

Lebih dari 111.000 orang luka-luka, banyak di antaranya mengalami cedera berat dan cacat permanen.

Sementara itu, ribuan lainnya masih terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel. Mereka yang masih hidup pun tetap berusaha tegar dan tidak ingin meninggalkan tanah air mereka.

“Ini bukan sekadar angka. Ini adalah tragedi kemanusiaan terbesar abad ini yang berlangsung di depan mata dunia, namun dunia seolah bungkam,” lanjut Deng Ical.

Mantan Wakil Wali Kota Makassar itu menyatakan bahwa Fraksi PKB DPR RI akan terus mendorong pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Luar Negeri, untuk meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel, dan membuka jalur diplomatik dan kemanusiaan yang lebih luas ke Palestina.

 “Indonesia tidak boleh diam. Kita punya tanggung jawab moral, politik, dan kemanusiaan untuk terus membela rakyat Palestina,” pungkas Deng Ical.

Seperti diketahui, 12 aktivis kemanusiaan melakukan perjalanan ke Gaza. Mereka menumpangi Kapal Madleen yang berangkat dari Catania, Sicilia (Italia), pada 1 Juni 2025.

Kapal itu memuat berbagai bantuan kemanusiaan mulai dari susu formula, tepung, beras, popok, alat medis, dan bantuan lainnya.

Pada 9 Juni, Kapal Madleen ditangkap di perairan internasional (~185 km dari Gaza) oleh pasukan elite Angkatan Laut Israel (Shayetet 13), kemudian dipindahkan ke Pelabuhan Ashdod, Israel.

Aktivis dan awak kapal ditahan, menjalani pemeriksaan medis, dan rencananya akan dideportasi ke negara asal.

Pewarta: Khairul

Editor: Khopipah

Scroll to Top