YOGYAKARTA,PROTIMES.CO – Di tingkat lokal, nasional, regional, dan global, dampak perubahan iklim semakin dirasakan. Suhu global tahun lalu mencapai 1,45 derajat Celsius—lebih tinggi dari suhu rata-rata global sebelum revolusi industri—dan terus meningkat, hampir mencapai batas 1,5 derajat Celsius yang ditetapkan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengadakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapan petani milenial menghadapi perubahan iklim di Imogiri, Bantul, Yogyakarta (28/6/24).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan peningkatan frekuensi fenomena cuaca ekstrem seperti El Niño, La Nina, kekeringan, dan banjir adalah akibat dari peningkatan suhu.
“Petani adalah kelompok yang paling terdampak, dan jika kita tidak berhasil melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, diprediksi akan terjadi krisis pangan global pada pertengahan abad ini, dimulai dengan krisis air dan bencana hidrometeorologi,” ujarnya.
Diharapkan bahwa petani yang mengikuti SLI akan memiliki kemampuan untuk menjadi misionaris dan berbagi pengetahuan mereka dengan petani lain. Mereka dapat memberikan penjelasan yang lebih baik kepada rekan mereka di desa lain dengan bantuan teknologi Augmented Reality (AR).
“Tujuannya adalah agar pengetahuan tidak hanya berhenti pada diri mereka sendiri tetapi dapat ditularkan dan diterapkan secara luas,” jelas Dwikorita.
Peserta SLI kali ini sebagian besar adalah petani milenial yang lebih akrab dengan teknologi. Dengan menggunakan AR, penjelasan mengenai perubahan iklim dan cuaca menjadi lebih interaktif dan menarik. Teknologi ini diharapkan dapat membantu para petani tidak hanya memahami teori tetapi juga melihat aplikasi praktisnya secara langsung. (*)