PROTIMES.CO – Harry Dwi Nugraha, penggiat event sekaligus founder dari Indonesia Professional Organizer Society (IPOS) menegaskan pentingnya strategi penyelenggaraan kegiatan berbasis data di tengah tantangan industri event yang belum sepenuhnya pulih.
Hal itu disampaikannya dalam acara buka puasa bersama dan silaturahmi penggiat event di Smesco, Jakarta Selatan, Kamis (20/3/2025).
Menurut Harry, meskipun sebagian pelaku sudah kembali bekerja, banyak yang masih menghadapi tekanan ekonomi pasca-pandemi.
“Sudah ada pekerjaan, 45%. Sudah ada pekerjaan, tapi honor tidak penuh 19%. Alih profesi, dagang, aja 25%. Yang tidak bekerja lagi, 11%,” paparnya.
Ia menyoroti data dari survei yang dilakukan antara 5 hingga 11 Februari 2025, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor event pada tahun ini hanya mencapai 4,92% dengan total kontribusi sebesar Rp88 triliun.
“Hanya 4,92%. Memang sentimennya tidak begitu baik,” ujarnya.
Dalam laporan survei, Harry menjelaskan jenis kegiatan yang paling banyak dibatalkan adalah meeting (50-64%), diikuti oleh incentive (12,82%), dan pelatihan (10-15%).
Meskipun demikian, ia melihat peluang baru di subsektor lain seperti wedding organizer (WO), yang dinilai relatif stabil karena bersifat lebih personal dan tidak banyak tergantung pada anggaran pemerintah.
“Wedding organizer seharusnya memang cukup bagus semuanya, ya. Wedding kan tiap akhir pekan hampir selalu ada orang yang nikah,” ujarnya.
Ia pun menyarankan para event organizer (EO) untuk mulai mempertimbangkan diversifikasi usaha ke sektor wedding sebagai strategi bertahan.
Harry juga menekankan perlunya perhatian pemerintah terhadap industri event yang melibatkan 8,76 juta pekerja.
Selain itu, di ujung pemaparannya, Harry mengajak seluruh pelaku industri event untuk mulai mempertimbangkan sertifikasi dan pendekatan berkelanjutan, termasuk pentingnya strategi penyelenggaraan kegiatan berbasis data di tengah tantangan industri event di tahun 2025.
Pewarta: Dzakwan
Editor: Khopipah