PROTIMES.CO – Keluhan petani tebu saat ini mencapai puncaknya. Hampir 700 ribu ton gula petani di pabrik gula pemerintah dan swasta belum ada yang membeli.
Kondisi ini membuat petani berteriak keras agar gula petani segera dibeli dan menghentikan peredaran gula rafinasi di pasar rakyat.
“Adanya keluhan dari petani tebu yang melihat dan mendapati adanya gula rafinasi yang harusnya untuk industri makanan minuman ternyata bocor ke pasar tradisional, padahal secara aturan tidak boleh,” papar anggota Komisi IV DPR RI, Riyono.
200 ribu ton gula rafinasi masuk ke Indonesia dan beredar begitu saja, dengan sebagiannya diduga diolah dengan campuran tertentu yang membuatnya seolah-olah menjadi gula kristal putih yang bisa dikonsumsi oleh rakyat.
“Kenapa diperbolehkan impor? Untuk siapa gula rafinasi ini? Harusnya distop dan tidak diizinkan oleh pemerintah. Saat ini gula petani belum laku dijual,” tambah Riyono Caping.
Ia menekankan bahwa Indonesia tidak anti impor. Akan tetapi, saat ini bukanlah momen yang tepat. Adanya impor “gelap” yang melebihi kebutuhan rafinasi untuk industri makanan minuman membuat petani tebu sengsara.
“Kasihan petani dan para pedagang tebu kita, modal meraka ada yang hutang bank. Semakin lama gak laku gula mereka maka semakin besar hutang dan bunga yang ditanggung oleh mereka para petani dan pedagang tebu,” tambah Riyono.
“Gula rafinasi merusak gula petani. Yang ada di pasar, tarik dan peruntukan bagi industri. Jangan berkedok gula kristal putih, lalu masuk pasar tradisional dan menguasai pasar kecil,” tukasnya.
Pewarta: Khairul
Editor: Khopipah
Be First to Comment