Press "Enter" to skip to content

Buku Sejarah Indonesia Baru Ditegaskan Gunakan Perspektif Indonesia-Sentris

Menteri Fadli Zon dalam Diskusi Publik Penulisan Buku Sejarah Indonesia di FIB UI. (Foto: Kementerian Kebudayaan)

PROTIMES.CO – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa penulisan Buku Sejarah Indonesia yang kini tengah disusun akan menggunakan pendekatan Indonesia-sentris, bukan lagi melalui kacamata kolonial.

Hal ini disampaikannya dalam Diskusi Publik Penulisan Buku Sejarah Indonesia yang digelar di Universitas Indonesia, Jumat (25/7/2025).

“Sudut pandang yang digunakan dalam penulisan sejarah kali ini adalah Indonesia-sentris, dan bukan menggunakan kacamata kolonial. Karena kalau menggunakan kacamata Belanda, pasti akan mengungkapkan perihal liberalisasi maupun modernisasi, dan bukan mengenai bangsa kita. Kita harus menulis sejarah kita sendiri,” tegas Fadli.

Diskusi publik ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Kebudayaan untuk menyusun buku sejarah yang objektif, inklusif, dan menggambarkan jati diri bangsa. Forum ini berlangsung di empat universitas, dimulai dari UI dan dilanjutkan di tiga kampus lain.

Fadli menyampaikan bahwa sejarah terakhir kali ditulis secara nasional pada masa Presiden B.J. Habibie. Oleh karena itu, pembaruan menjadi sangat penting.

“Penulisan sejarah ini sangat penting karena sejarah kita perlu diperbaharui. Sejarah adalah identitas dan jati diri bangsa,” ungkapnya.

Dalam forum tersebut, para editor buku menyampaikan penjelasan isi sepuluh jilid yang sedang disusun. Proyek ini melibatkan 112 penulis dari berbagai disiplin ilmu, serta merepresentasikan wilayah dan gender secara seimbang.

Restu Gunawan, Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, menjelaskan bahwa sejauh ini Buku Sejarah Indonesia telah mencapai 5.536 halaman dan tengah dalam proses penyuntingan. Ia menambahkan, keterlibatan 34 perguruan tinggi menunjukkan skala nasional dari proyek ini.

Sementara itu, Wakil Dekan I FIB UI, Untung Yuwono, menyatakan apresiasinya atas keterlibatan kalangan akademisi dalam penyusunan naskah.

“Semoga forum ini menghasilkan masukan berharga demi penyusunan buku sejarah yang akurat dan mencerminkan jati diri bangsa,” tuturnya.

Kegiatan ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga pemerhati sejarah. Kementerian Kebudayaan berharap diskusi semacam ini dapat membuka ruang refleksi dan masukan luas dari publik terhadap narasi sejarah yang tengah disusun.

Menteri Fadli menutup sambutannya dengan harapan agar buku sejarah ini bisa memberi dampak luas bagi generasi mendatang.

“Sejarah sangat penting. Kita berharap anak cucu kita dapat mengerti lebih dalam mengenai sejarah Indonesia dan bukan tentang sejarah negara lain,” pungkasnya.

Pewarta: Dzakwan

Editor: Khopipah

Be First to Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *