PROTIMES.CO – Peneliti The Indonesian Institute (TII), Made Natasya Restu Dewi Pratiwi, mengkritik tajam wacana Kementerian Kesehatan yang membuka peluang dokter umum untuk melakukan operasi caesar di daerah 3T.
Ia menyebut wacana ini mencerminkan lemahnya pemahaman dalam menyusun kebijakan kesehatan berbasis urgensi.
“Wacana Menkes ini juga menunjukkan lemahnya pemahaman terhadap urgensi penyusunan kebijakan dan kurangnya keterampilan komunikasi publik yang baik,” tegas Natasya.
Natasya mengutip hasil studi evaluasi 200 hari Menteri Kabinet Merah Putih yang dilakukan TII, yang menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi menteri hanya 68,75%, dan konsistensi penyusunan kebijakan hanya 35,42%.
Menurutnya, kebijakan kesehatan semestinya dirumuskan dengan pendekatan berbasis data dan analisis lapangan.
“Evaluasi TII ini menjadi pengingat bahwa peningkatan kesehatan masyarakat harus diwujudkan dengan kebijakan berbasis data dan komunikasi publik yang berkualitas agar tidak mengorbankan rasa aman masyarakat,” jelasnya.
Ia juga menolak ide pelatihan baru yang dinilai kontraproduktif.
“Penguatan kompetensi tenaga kesehatan dalam mendeteksi risiko kehamilan jauh lebih krusial,” tambahnya.
Pewarta: Dzakwan
Editor: Khopipah
[…] SKI 2023, Natasya mencatat masih ada kesenjangan lebih dari 40% antara kunjungan antenatal pertama dan keenam. Hal […]