PROTIMES.CO – Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memperkuat sinergi dalam menjaga keberagaman dan menangkal paham radikal di Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam pertemuan antara Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Ketua Pengurus PBNU, Alissa Wahid.
Kapolri menekankan bahwa Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang beragam dari segi suku, agama, dan ras. Keberagaman ini merupakan kekuatan yang harus dijaga agar tidak menjadi pemicu konflik.
“Kami terus berkomitmen untuk menjaga keberagaman dan toleransi. Indonesia adalah negara dengan penduduk yang majemuk, dan itu adalah kekuatan yang harus kita rawat bersama,” ujar Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam pertemuannya di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (12/2/2025).
Alissa Wahid menambahkan bahwa NU, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan lebih dari 100 juta pengikut, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga persatuan bangsa.
Menurutnya, kerja sama antara NU dan Polri sangat strategis dalam menjaga keutuhan negara dan mencegah berkembangnya paham-paham yang bertentangan dengan nilai kebangsaan.
“Salah satu isu yang kami bahas adalah radikalisme, yang masih perlu diwaspadai. NU berpegang teguh pada prinsip Hubbul Wathan Minal Iman (cinta tanah air adalah sebagian dari iman), sehingga setiap upaya yang mengancam persatuan harus ditanggulangi,” kata Alissa.
Dalam pertemuan tersebut, Polri dan PBNU sepakat untuk melakukan langkah-langkah konkret dalam menangkal radikalisme dan menjaga harmoni sosial.
Salah satu bentuk implementasi kerja sama ini adalah peningkatan sosialisasi nilai-nilai toleransi di lingkungan pendidikan dan komunitas keagamaan.
Dengan adanya sinergi antara Polri dan PBNU, diharapkan keberagaman dan toleransi di Indonesia semakin kuat, serta ancaman radikalisme dapat ditekan secara efektif.
Pewarta: Dzakwan Edza
Editor: Khopipah Indah Lestari