PROTIMES.CO – Indonesia, produsen lebih dari seperempat rumput laut budidaya dunia, didesak untuk segera memperkuat perlindungan industri strategis. Seruan ini disampaikan oleh tim ilmuwan internasional dalam dua lokakarya yang digelar di Jakarta dan Lombok pekan lalu, melibatkan lebih dari 100 perwakilan pemerintah, pelaku industri rumput laut, dan organisasi non-pemerintah.
Melansir dari laman nhm.ac.uk, para peneliti dari program GlobalSeaweed-PROTECT menilai bahwa adopsi Progressive Management Pathway for Improving Biosecurity for Seaweed (PMP/AB-Seaweed) menjadi langkah krusial untuk menjaga keberlanjutan industri, melindungi mata pencaharian petani, serta meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor rumput laut Indonesia.
Inisiatif ini dijalankan dengan dukungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi serta Kementerian Kelautan dan Perikanan, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan biosekuriti dan perubahan iklim.

Rumput laut Indonesia merupakan komoditas penting dalam rantai pasok global, khususnya sebagai bahan baku karaginan yang digunakan dalam berbagai produk, mulai dari makanan hingga kosmetik. Meski Indonesia telah memiliki sistem biosekuriti yang relatif baik, para ilmuwan menilai pendekatan yang lebih progresif diperlukan untuk menghadapi ancaman baru seperti penyakit tanaman, banjir, dan cuaca ekstrem.
Profesor Elizabeth Cottier Cook dari Scottish Association for Marine Science menyebut Indonesia memiliki peran strategis dalam industri rumput laut global. Menurutnya, penerapan PMP/AB-Seaweed secara nasional akan memperkuat ketahanan sektor ini di wilayah yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Ia menekankan bahwa peningkatan regulasi harus dilakukan secara inklusif, dengan melibatkan petani sejak awal agar kebijakan tidak menjadi beban, melainkan alat untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemahaman akan manfaat biosekuriti.
Sementara itu, pimpinan proyek GlobalSeaweed-PROTECT, Profesor Juliet Brodie dari Natural History Museum London, mengingatkan bahwa industri rumput laut menopang lebih dari enam juta petani di 56 negara, namun menghadapi tekanan dari hama, penyakit, keterbatasan bibit berkualitas, serta perubahan pola cuaca.
Akademisi Indonesia Dr. Eka S. Prasedya dari Universitas Mataram menilai penguatan biosekuriti sebagai investasi strategis jangka panjang untuk melindungi petani, menjaga keanekaragaman hayati rumput laut, dan meningkatkan nilai ekonomi masyarakat pesisir.
Dorongan ilmuwan internasional ini menjadi peringatan bahwa tanpa kebijakan yang lebih kuat, posisi Indonesia sebagai pemimpin global rumput laut bisa terancam. Sebaliknya, penguatan biosekuriti berpeluang mengukuhkan Indonesia sebagai pelopor industri rumput laut berkelanjutan di tingkat dunia.
Penulis : Nada Vita
Editor : Aris Darmawan







Be First to Comment