PROTIMES.CO – Dua psikolog klinis anak dari Universitas Indonesia (UI), Ratih Zulhaqqi dan Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak saat menonton televisi.
Mereka mengungkap pengawasan orang tua berperan besar dalam membentuk kebiasaan sehat anak dalam mengonsumsi tayangan.
Keduanya sepakat bahwa orang tua perlu menetapkan aturan waktu menonton televisi yang jelas.
“Untuk anak di bawah dua tahun sebaiknya tidak terpapar TV sama sekali. Anak usia ini butuh stimulasi langsung dari interaksi nyata dua arah, bukan layar satu arah,” jelas Vera Itabiliana.
Untuk anak usia sekolah, disarankan menonton hanya 1–2 jam per hari dengan konten sesuai usia dan nilai. Orang tua juga dapat memanfaatkan fitur parental control atau menonton bersama anak.
Vera menambahkan, menonton televisi juga bisa menjadi kesempatan berdiskusi.
“Tanyakan pendapat mereka, dan luruskan bila ada konten atau perilaku yang tidak sesuai,” ujarnya.
Ratih Zulhaqqi menegaskan pentingnya zona bebas layar, seperti saat makan, sebelum tidur, atau saat berkumpul keluarga. Ia menyebut hal ini bisa menciptakan iklim interaksi yang lebih sehat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan merekomendasikan agar anak usia 0–2 tahun tidak terpapar layar barang elektronik sama sekali, kecuali untuk video call dengan keluarga.
“Kecuali untuk video call dengan keluarga atau interaksi sosial langsung, sebaiknya nol screen time (waktu layar),” ujar Ratih.
Berikut panduan umum: usia 0–2 tahun sebaiknya tidak menonton, 2–5 tahun maksimal 1 jam per hari, 6–12 tahun 1–2 jam per hari dengan konten edukatif, dan 13–17 tahun dapat menonton hiburan 13+ dengan pendampingan.
“Hal yang paling penting bukan hanya apa yang ditonton, tapi juga bagaimana anak menontonnya dan siapa yang mendampingi,” tutup Ratih Zulhaqqi.
Pewarta: Dzakwan
Editor: Khopipah





Be First to Comment