Press "Enter" to skip to content

Transparansi dan Partisipasi Publik Jadi Sorotan dalam Penyusunan Buku Sejarah Indonesia

Menteri Fadli Zon dalam Diskusi Publik Penulisan Buku Sejarah Indonesia di FIB UI. (Foto: Kementerian Kebudayaan)

PROTIMES.CO – Kementerian Kebudayaan memulai rangkaian Diskusi Publik Penulisan Buku Sejarah Indonesia di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Jumat (25/7/2025).

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai bentuk keterbukaan dan partisipasi publik dalam proses penyusunan sejarah nasional yang lebih akurat, inklusif, dan objektif.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam sambutannya menegaskan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses ini.

“Forum ini merupakan kick-off dari diskusi publik yang akan bergulir di beberapa kota dalam beberapa waktu ke depan. Ini sebagai upaya komitmen Kementerian Kebudayaan bahwa tidak ada yang ditutupi dalam penulisan sejarah yang sedang dilakukan,” tegasnya.

Diskusi publik ini merupakan bagian dari agenda nasional dan dilanjutkan di tiga universitas lain: Universitas Lambung Mangkurat (28 Juli), Universitas Negeri Padang (31 Juli), dan Universitas Negeri Makassar (4 Agustus). Tujuannya adalah menjaring masukan konstruktif dari berbagai kalangan.

Fadli Zon menambahkan, penulisan buku ini merupakan pembaruan dari sejarah nasional yang terakhir kali ditulis secara komprehensif pada masa Presiden B.J. Habibie.

“Sejarah sudah mulai ditulis pada tahun 1970-an, kemudian tahun 1980-an, hingga yang terakhir adalah pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie,” ujarnya.

Sudut pandang penulisan kali ini ditegaskan bersifat Indonesia-sentris.

“Kalau menggunakan kacamata Belanda, pasti akan mengungkapkan perihal liberalisasi maupun modernisasi dan bukan mengenai bangsa kita. Kita harus menulis sejarah kita sendiri,” kata Menteri Fadli.

Forum ini juga mendapat apresiasi dari akademisi. Wakil Dekan I FIB UI, Untung Yuwono, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada para akademisi.

“Semoga forum ini menghasilkan masukan berharga demi penyusunan buku sejarah yang akurat dan mencerminkan jati diri bangsa,” tuturnya.

Diskusi berlangsung secara hibrida dan dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, tenaga kependidikan, hingga asosiasi dan lembaga profesi. Agenda forum meliputi pemaparan oleh tiga Editor Umum dan sembilan Editor Jilid, serta sesi diskusi dan tanya jawab.

Dirjen Pelindungan Kebudayaan, Restu Gunawan, menjelaskan bahwa buku ini akan mencakup 10 jilid utama dengan melibatkan 112 penulis dari 34 perguruan tinggi dan delapan lembaga non-perguruan tinggi. Hingga kini, sebanyak 5.536 halaman telah disusun dan tengah disunting.

Pewarta: Dzakwan

Editor: Khopipah

Be First to Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *