Press "Enter" to skip to content

Pameran 200 Tahun Perang Jawa, Indonesia Gaungkan Diplomasi Budaya Lewat Warisan Sejarah Diponegoro

(Foto: Tim Humas Perpustakaan Nasional)

PROTIMES.CO – Pemerintah Indonesia resmi membuka rangkaian Pameran 200 Tahun Perang Jawa di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta. Pembukaan ini ditandai dengan pidato kebudayaan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang hadir mewakili Presiden Prabowo Subianto.

Pameran ini tak hanya menjadi ajang refleksi atas semangat perjuangan Pangeran Diponegoro, tetapi juga sebagai instrumen diplomasi budaya Indonesia ke kancah dunia.

“Keberanian dan keteguhannya dalam melawan penindasan kolonial menjadi inspirasi abadi bagi generasi-generasi berikutnya,” kata Menbud Fadli.

Sebagai rangkaian utama, kegiatan ini digelar oleh Perpusnas dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan lintas kementerian, akademisi, dan perwakilan negara sahabat. Hadir dalam acara antara lain Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana dan sejumlah Duta Besar negara sahabat.

Kepala Perpusnas, Aminudin Azis, menyatakan bahwa kegiatan ini diharapkan tidak berhenti pada pelestarian memori sejarah, tetapi juga memperluas jejaring kebudayaan global.

“Kegiatan ini menjadi salah satu program prioritas Perpusnas dalam kerangka pemajuan naskah Nusantara sebagai ingatan kolektif bangsa,” ujarnya.

Rangkaian acara yang digelar hingga 20 Agustus 2025 mencakup berbagai program edukatif seperti Lokakarya Kaligrafi Aksara Pegon, Bedah Buku Babad Kedhung Kebo, hingga pertunjukan teater dan pameran seni visual bertajuk “NYALA: 200 Tahun Perang Diponegoro”.

Fadli juga menegaskan pentingnya sejarah sebagai modal budaya dalam menghadapi tantangan masa depan.

“Sejarah bukan sebatas catatan peristiwa namun sebuah cermin jati diri, penunjuk arah, dan fondasi moral,” ucapnya.

Ia mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya generasi muda, untuk menjaga dan merawat warisan sejarah sebagai ruh kebangsaan dan kekuatan dalam mewujudkan Indonesia yang beradab di panggung global.

Pewarta: Dzakwan

Editor: Khopipah

Be First to Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *