PROTIMES.CO — Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan komitmen Indonesia dalam membela keadilan global dan memajukan budaya sebagai pilar utama perdamaian dunia.
Hal ini disampaikannya dalam pidato kunci di Global Civilizations Dialogue Meeting di Beijing, Jumat (11/7/2025), sebagai bagian dari inisiatif Global Civilization Initiative (GCI) yang diprakarsai Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Dalam forum yang dihadiri para tokoh dari Global South, Fadli menyampaikan bahwa Indonesia mendukung penuh dialog antarperadaban sebagai jalan membangun rasa saling menghormati dan kerja sama internasional.
“Melalui pertukaran pengetahuan dan pembelajaran lintas budaya, kita dapat mendorong terwujudnya perdamaian, kemajuan, dan kemakmuran bersama,” ujarnya.
Ia memperkenalkan Indonesia sebagai negara multikultural dengan 1.340 lebih kelompok etnis, 718 bahasa daerah, serta ribuan warisan budaya takbenda.
“Keberagaman adalah kekuatan dan fondasi utama jati diri bangsa,” kata Fadli.
Tak hanya menyoroti kekayaan budaya, Fadli juga menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap tragedi kemanusiaan di Gaza, yang ia sebut sebagai “genosida peradaban”.
“Kehancuran Gaza bukan hanya tragedi geopolitik, tapi juga bencana budaya dan kemanusiaan,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa negara-negara dunia harus bersatu memperjuangkan keadilan dan menolak standar ganda dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
“Pemerintah Indonesia tetap konsisten mendukung hak-hak rakyat Palestina untuk merdeka dan berdaulat,” ungkapnya.
Fadli juga menyinggung pentingnya kerja sama Selatan-Selatan untuk mendorong pemerataan kesejahteraan di negara berkembang. Ia menilai kekuatan budaya lokal harus dijadikan landasan pembangunan berkelanjutan.
Sebagai penutup, Fadli Zon mengutip pidato Presiden Sukarno pada Konferensi Asia Afrika 1955.
“Kita tak ingin menciptakan perpecahan baru, tetapi mendorong pengertian bersama, menghormati kedaulatan, dan kerja sama yang adil antarbangsa,” ucapnya.
Fadli mengajak seluruh pihak untuk menjadikan budaya sebagai jembatan menuju masa depan dunia yang damai, inklusif, dan berkeadilan.
Pewarta: Dzakwan
Editor: Khopipah
Be First to Comment