Aktivis 98 Tolak Gelar Pahlawan untuk Soeharto

Menurut Simon Simanjuntak, pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto adalah bentuk pengkhianatan terhadap semangat Reformasi 1998 dan luka sejarah bangsa ini

PROTIMES.CO – Sejumlah organisasi dan jaringan aktivis Reformasi 1998 seperti Barikade 98, REPDEM, Pena 98, Gerak 98, dan Perhimpunan Aktivis 98, akan menggelar Refleksi Reformasi dan Diskusi Publik bertema “Tolak Gelar Pahlawan untuk Soeharto”.

Acara ini digagas sebagai bentuk keprihatinan terhadap upaya sebagian kalangan yang tengah mendorong pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto, sosok yang dikenal sebagai pemimpin rezim Orde Baru selama 32 tahun.

“Pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto adalah bentuk pengkhianatan terhadap semangat Reformasi 1998 dan luka sejarah bangsa ini,” ujar Ketua DPN Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM), Simson Simanjuntak.

“Ini bukan hanya soal gelar, tapi soal ingatan kolektif kita atas pelanggaran HAM, KKN, dan kekerasan negara terhadap rakyat,” sambungnya.

Diskusi ini akan menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan aktivis HAM, di antaranya Dr. Abraham Samad, Ray Rangkuti, Ubedilah Badrun, Usman Hamid, Beka Ulung Hapsara, Jimmy Fajar (Jimbong), Mustar Bona Ventura, dan Hengki Irawan.

Sejumlah aktivis 98 lainnya yang untuk memperkuat konsolidasi nasional antara lain Adian Napitupulu, Beny Rhamdani, Wanto Klutuk Sugito, serta tokoh-tokoh pergerakan aktivis 98 lainnya.

Diskusi publik ini akan menjadi ruang konsolidasi lintas generasi dalam menjaga nilai-nilai reformasi, melawan lupa, dan menolak glorifikasi atas rezim otoriter yang penuh pelanggaran HAM dan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Simson, mengimbau peserta untuk mengenakan pakaian hitam sebagai simbol duka dan perlawanan terhadap lupa sejarah.

“Kami tidak akan diam. Kami adalah saksi dan pelaku sejarah. Reformasi adalah darah dan air mata, bukan seremoni yang bisa dihapus dengan satu gelar,” tegas Simson

Simson juga menambahkan, rangkaian bersejarah ini akan diawali dengan ziarah tabur bunga di TPU Pondok Rangon pada Rabu (21/5/2025), mengingat di lokasi tersebut bersemayam mereka yang menjadi bagian dari sejarah kelam bangsa ini.

“Korban kekerasan negara, korban kerusuhan Mei 1998, dan para martir demokrasi yang tak sempat melihat Indonesia berubah,” katanya.

Pewarta: Khairul

Editor: Khopipah

Scroll to Top