PROTIMES.CO – Diplomasi ekonomi dan budaya menjadi sorotan utama dalam ISNU Forum on Investment, Trade and Global Affairs yang digelar Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) di Gedung PBNU, Jakarta.
Forum ini mengangkat tema “Revisiting Gus Dur’s Notion on the Jakarta–Beijing–New Delhi Axis”.
Ketua PP ISNU, Hery Haryanto Azumi, menekankan pentingnya pendekatan terpadu dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
“Gus Dur telah meletakkan fondasi cara berpikir strategis yang menjadikan nilai dan identitas sebagai modal diplomasi,” ujar Hery.
Ia berharap forum ini bisa menjadi titik tolak untuk membangun kerja sama konkret di bidang investasi, perdagangan, dan pertukaran budaya antara Indonesia dan negara-negara Asia lainnya.
Hery juga mengingatkan bahwa Indonesia tidak cukup hanya menjadi pasar global. Indonesia, menurutnya, harus tampil sebagai aktor peradaban.
Forum ini juga dihadiri Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf dan pengusaha internasional Sohail Sattar Quraeshi yang menyampaikan pandangannya tentang potensi besar Indonesia.
“Karena populasi ini kekuatan besar, kenapa Indonesia tidak bisa berbuat lebih banyak?” kata Sohail.
Ia juga menggarisbawahi potensi sumber daya alam Indonesia yang sangat besar dibanding negara ASEAN lainnya.
Sohail, yang juga mantan penasihat internasional Gus Dur, menyatakan bahwa Gus Dur percaya pada kekuatan moral dan inklusivitas sebagai dasar bagi sinergi antarnegara Asia.
“Poros ini merupakan ajakan membangun tatanan dunia yang manusiawi,” ujarnya.
Melalui forum ini, ISNU menunjukkan komitmennya untuk menyelaraskan strategi diplomasi ekonomi dengan nilai-nilai budaya dan etika Nusantara.
Pewarta: Dzakwan
Editor: Khopipah