Press "Enter" to skip to content

Wamen P2MI: Sekolah Rakyat Jadi Jalan Anak Tidak Mampu untuk Raih Masa Depan

Wamen Christina Aryani membagikan susu untuk siswa-siswi Sekolah Rakyat Menengah Pertama 6 di Bambu Apus. (Foto: Kementerian P2MI)

PROTIMES.CO – Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (Wamen P2MI) Christina Aryani menyatakan bahwa sekolah rakyat merupakan program Presiden Prabowo Subianto yang luar biasa.

Program ini, kata dia, memberikan harapan dan kesempatan untuk anak keluarga miskin memiliki masa depan.

“Pendidikan anak sangat penting untuk memutus rantai kemiskinan, memberikan harapan dan kesempatan untuk memiliki penghidupan yang lebih baik nantinya,” katanya usai meninjau Sekolah Rakyat Menengah Pertama 6 di Bambu Apus, Jakarta Timur, Senin (11/8/2025).

Di Sekolah Rakyat, Wamen Christina khusus berdialog memberikan motivasi, susu, dan snack untuk 75 siswa-siswi yang ada. Ia juga sempat menjenguk siswa yang sedang mengantre untuk mendapat layanan kesehatan di unit kesehatan sekolah.

Dalam kesempatan itu, Wamen P2MI didampingi Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono dan jajaran tenaga pengajar di sekolah yang menjadi salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto itu. 

“Bagi mereka untuk bisa mengenyam pendidikan itu hanya suatu harapan, hanya angan-angan, Bapak Presiden merealisasikan harapan itu dan memberikan akses untuk anak keluarga sangat miskin untuk bisa mengenyam pendidikan,” jelas legislator Senayan periode 2019-2024 itu.

Sebagai wakil menteri yang salah satu fokusnya adalah pelindungan pekerja migran, Christina berharap sekolah rakyat nantinya juga mampu menyasar anak-anak dari keluarga pekerja migran domestik yang orang tuanya bekerja di luar negeri.

“Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI) tidak hanya fokus pada pelindungan pekerja migran di luar negeri, tapi juga pada kesejahteraan keluarganya di dalam negeri dimana pendidikan menjadi salah satu instrumen penting untuk memutus rantai kemiskinan dan membuka peluang masa depan yang lebih baik,” jelasnya.

“Kita harus terus mendorong ke depannya agar semakin banyak sekolah rakyat bisa didirikan. Semakin banyak anak-anak yang mungkin tidak punya harapan sebelumnya bisa kita bantu menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yang lebih baik dan mampu berkontribusi untuk keluarganya serta masyarakat,” imbuh Christina Aryani.

Sementara itu, Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama 6 Jakarta Timur Regut Sutrastro menuturkan bahwa karakter anak-anak mulai terbentuk setelah 3 minggu proses pembelajaran.

“Sudah mulai terbentuk pola keteraturan hidup dari anak-anak yang bersekolah di sini. Pola keteraturan ini nanti akan menumbuhkan disiplin dan menjadikan mereka siswa yang lebih baik lagi dengan bakat dan minat yang kita kembangkan di sekolah rakyat ini,” katanya.

Saat ini ada 75 siswa yang bersekolah dengan sistem asrama di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 6 Jakarta Timur.

Mereka terdiri dari 40 siswi dan 35 siswa. Siswa dan siswi di sekolah rakyat ini tidak diperkenankan membawa telepon genggam (handphone) dan selalu berkomunikasi dengan wali asuh dari Kementerian Sosial.

Salah seorang siswi, Fauziah (13), mengaku senang bisa mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 6 Jakarta Timur.

“Rasanya senang, karena di sini kita difasilitasi. Tidak hanya pendidikan, tapi kesehatan kita juga turut diperhatikan. Kita tinggal belajar aja,” katanya.

Fauziah mengatakan dirinya sudah bisa beradaptasi dengan suasana dan teman-temannya di sekolah rakyat. Meskipun begitu, ia tidak memungkiri terkadang ada rasa rindu dengan keluarga di rumah.

“Waktu itu aku sampai nangis empat hari, kayak engga betah. Tapi sekarang aku sudah bisa beradaptasi dan banyak teman yang membantu mengatasi rasa kangen dengan keluarga,” tambahnya.

Pewarta: Khairul

Editor: Khopipah

Be First to Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *