Tanggal dan Hari

Batuk Rejan! Gejala, Penyebab dan Cara Pengobatanya

Batuk Rejan! Apa itu batuk rejan, apa gejalanya, apa penyebabnya, dan bagaimana cara pengobatanya.
WhatsApp
Facebook
X
Threads

Infeksi saluran pernafasan yang sangat menular disebut batuk rejan atau juga disebut pertusis.

Pengertian: 
Pertusis, juga dikenal sebagai batuk rejan, adalah jenis infeksi saluran pernafasan yang sangat menular. Batuk yang disertai dengan suara tarikan nafas tinggi yang khas dan berkepanjangan adalah tanda penyakit ini.

Sangat penting untuk mengetahui tentang batuk rejan karena penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan dan kematian pada anak di bawah usia dua tahun jika tidak ditangani.
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, tetapi bakteri Bordetella parapertussis juga bisa menyebabkannya.

Penularan batuk rejan terjadi melalui partikel air kecil, yang disebut droplet, yang ditemukan dalam batuk atau bersin orang yang terinfeksi.

Oleh karena itu, ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, droplet kecil yang mengandung bakteri dapat menyebar ke udara dan dihirup oleh orang lain di sekitarnya.

Gejala: 
Batuk rejan biasanya berlangsung selama enam minggu dan dibagi menjadi tiga fase: fase catarrhal (fase awal), fase paroksismal, dan fase konvalescens (fase penyembuhan). Fase-fase ini dapat berlangsung selama setidaknya satu hingga dua minggu.

Gejala batuk rejan fase catarrhal, yaitu: 

Hidung tersumbat,
Pilek,
Bersin,
Mata merah,
Demam.

Tanda-tanda batuk rejan fase f paroksismal adalah sebagai berikut:

Batuk yang terus-menerus disertai dengan suara khas tarikan nafas,
Lebih sering batuk pada malam hari,
Mata berwarna merah,
Kulit berwarna merah muda,
Kesulitan untuk bernapas,
Sering batuk,
Dahak bersamaan dengan muntah.

Fase konvalesens batuk rejan ditandai dengan batuk berkepanjangan yang secara bertahap mulai mereda, tetapi dapat bertahan selama beberapa minggu.

Batuk rejan, terutama pada bayi dan anak di bawah usia dua tahun, dapat menyebabkan komplikasi jika tidak ditangani dengan benar.

Dehidrasi, masalah bernapas, penurunan berat badan, pneumonia (infeksi paru-paru), kejang, gangguan ginjal, dan kekurangan oksigen ke otak adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi.

Seseorang yang diduga menderita batuk rejan disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi tambahan agar tidak terjadi komplikasi.

Diagnosis: Mendiagnosis batuk rejan pada tahap awal bisa sulit karena gejalanya mungkin mirip dengan gejala penyakit saluran pernapasan lainnya seperti pilek, flu, dan bronkitis.

Tahap awal diagnosis batuk rejan biasanya mencakup pemeriksaan fisik dan wawancara dengan dokter. Tanda-tanda infeksi atau peradangan (peradangan) dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan rontgen paru-paru.

Selanjutnya, jika diperlukan, diagnosis batuk rejan dapat dilakukan dengan pemeriksaan tenggorokan atau pemeriksaan reaksi rantai polymerase (PCR) melalui DNA tubuh.

Pasien yang batuk mereka berlangsung lebih dari tiga minggu disarankan untuk menjalani pemeriksaan ini, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC).

Pengobatan:

Tujuan pengobatan batuk rejan adalah untuk mengurangi fase paroksismal, menghilangkan gejala batuk yang mengganggu, dan memastikan asupan nutrisi yang optimal, istirahat, dan proses penyembuhan.

Untuk mempercepat pemusnahan bakteri penyebab dan mencegah penyebaran penyakit, pengobatan batuk rejan dapat mencakup penggunaan obat antimikroba atau antibiotik.

Obat juga dapat diberikan untuk mengurangi gejala batuk, pilek, atau demam. Namun, obat harus dikonsumsi sesuai dengan indikasi dan resep dokter.

Seseorang yang menderita batuk rejan disarankan untuk mendapatkan jumlah istirahat yang cukup, memastikan mereka mendapatkan jumlah cairan yang cukup dalam tubuh mereka, dan, yang paling penting, berkonsultasi dengan dokter mereka.

Untuk menentukan diagnosis dan pengobatan yang tepat, dokter melakukan pemeriksaan melalui pemeriksaan fisik dan wawancara medis.

Imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) dapat mencegah batuk rejan. Imunisasi ini dapat diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan (atau 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan, tergantung pada program).

Imunisasi dapat dilanjutkan dengan booster pada usia 15 hingga 18 bulan dan 4 hingga 6 tahun.

Selain itu, cara lain untuk mencegah penularan batuk rejan adalah dengan menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, membuang semua barang yang digunakan segera, dan mencuci tangan dengan air dan sabun secara teratur.

Langkah terbaik untuk mencegah batuk rejan adalah melakukan pencegahan. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah penyebaran dan infeksi batuk rejan:

  1. Sistem kekebalan

Cara paling efektif untuk mencegah batuk rejan adalah imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus). Ini biasanya diberikan pada bayi berusia dua bulan, empat bulan, dan enam bulan.

Booster imunisasi juga diberikan pada usia lima belas hingga delapan belas bulan dan empat hingga enam tahun. Ini sangat penting untuk melindungi anak-anak dari batuk rejan dan komplikasinya.

  1. Tindakan Higienis

Menjaga lingkungan dan diri sendiri bersih dapat membantu mencegah penyebaran batuk rejan.

Ini termasuk membuang tisu yang telah digunakan, mencuci tangan dengan air dan sabun secara teratur, dan menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin.

  1. Terisolasi

Jika seseorang terkena batuk rejan, mereka harus diisolasi sampai virus tidak lagi menyebar, biasanya sampai pengobatan antibiotik lengkap selesai.

  1. Pemeriksaan Kontinuitas

Anak-anak, terutama mereka di bawah dua tahun, harus selalu diperiksa oleh dokter untuk memastikan mereka tidak terinfeksi batuk rejan. Jika mereka mengalami gejala batuk rejan, segera konsultasikan dengan dokter.

Risiko terkena batuk rejan dapat dikurangi dengan melakukan tindakan pencegahan ini.

Jika batuk rejan tidak ditangani dengan benar, dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berbahaya, terutama pada bayi dan anak di bawah dua tahun. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:

  1. Kehilangan cairan

Batak yang hebat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kekurangan cairan dalam tubuh, juga dikenal sebagai dehidrasi. Ini terjadi karena tubuh kehilangan lebih banyak cairan melalui pernapasan dan keringat daripada yang diserap atau dikonsumsi.

  1. Masalah Bernapas

Batuk rejan dapat mengganggu pernapasan, terutama pada anak-anak, karena batuk yang hebat dan berkepanjangan dapat mengganggu pola pernapasan normal.

  1. Menghilangkan Berat Badan

Selama batuk rejan yang berkepanjangan, penurunan berat badan dapat terjadi karena kehilangan nafsu makan dan peningkatan jumlah kalori yang dibakar tubuh.

  1. Penyakit paru-paru

Batak rejan dapat meningkatkan risiko pneumonia, yaitu infeksi yang menyebabkan peradangan pada satu atau kedua paru-paru.

  1. Kecemasan

Kadang-kadang batuk rejan dapat menyebabkan kejang, yaitu kontraksi otot yang tidak terkontrol dan tiba-tiba.

  1. Penyakit Ginjal

Gangguan ginjal dapat terjadi akibat batuk rejan, terutama jika dehidrasi berat terjadi.

  1. Hipokrisis

Jika tidak ditangani dengan segera, batuk rejan dapat menyebabkan hipoksia, kondisi di mana pasokan oksigen ke otak atau bagian lain tubuh berkurang, yang berpotensi fatal.

Sangat penting untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan batuk rejan yang tepat untuk menghindari komplikasi. Jika Anda atau anak Anda menunjukkan gejalanya, segera konsultasikan dengan dokter.

Sumber referensi:

WHO, Pertussis, diakses pada tahun 2023.

CDC. Pertussis. (2020). (*)

Agar Tidak Ketinggalan Informasi Terbaru
Ikuti Berita Kami di Google News, Klik Disini

Scroll to Top

LOGIN