Press "Enter" to skip to content

Kepercayaan Publik terhadap Media Sosial Terus Menurun, Indonesia dan Dunia Hadapi Krisis Digital

71% responden merasa tidak aman berekspresi di media sosial.

PROTIMES.CO – Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun, kepercayaan publik terhadap media sosial sebagai sumber informasi dan ruang ekspresi kini berada di ujung tanduk. Baik dari perspektif global maupun konteks Indonesia, tanda-tanda skeptisisme semakin jelas — dan ini bukan sekadar tren sementara.

1. Paradoks Era Digital: Penggunaan Tinggi, Kepercayaan Turun

Media sosial tetap menjadi sumber berita utama bagi jutaan orang di berbagai negara. Di Indonesia saja, sekitar 57% responden menyebut media sosial sebagai sumber berita, hanya sedikit di bawah media daring secara umum yang mencapai 79%, menurut Digital News Report 2025 yang dirilis oleh Reuters Institute dan University of Oxford. (Kompas+1)

Meski demikian, kepercayaan terhadap informasi di media sosial sering dipertanyakan. Studi global menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan terhadap influencer — salah satu pilar penyebaran konten di platform digital — bervariasi tajam antarnegara, dengan negara-negara Asia seperti Indonesia mencatat sekitar 32% responden yang percaya pada influencer, namun jauh lebih rendah di banyak negara Barat. (theworldranking.com)

2. Keamanan Ekspresi dan Risiko Penyalahgunaan

Data dari survei nasional di Indonesia memperlihatkan fenomena yang lebih mendalam: sekitar 71% responden merasa tidak aman berekspresi di media sosial, meskipun sebagian masih merasa bebas secara teknis untuk menyampaikan pendapat. (GoodStats)

Ketidakamanan ini bukan tanpa dasar, berbagai insiden di mana unggahan kritis berujung pada masalah hukum atau intimidasi telah menciptakan preseden yang mengikis rasa aman pengguna. Persepsi ini mendorong publik untuk lebih berhati-hati dalam berinteraksi secara publik di platform digital.

3. Tantangan Infodemic dan Disinformasi

Selain ketidakamanan berekspresi, tantangan lain adalah penyebaran disinformasi yang cepat. Media sosial, meskipun efisien dalam menyebarkan informasi, juga mempercepat penyebaran informasi palsu atau menyesatkan yang merusak kredibilitas keseluruhan platform tersebut. Walaupun data survei global spesifik tentang penurunan kepercayaan media sosial secara agregat belum sepenuhnya tersedia untuk 2025, relawan dan jurnalis mengakui bahwa narasi disinformasi terus menjadi ancaman nyata yang secara substansial menurunkan kepercayaan pengguna.

4. Citra Platform versus Kepercayaan Informasi

Menariknya, kepercayaan terhadap berita atau informasi sering kali tidak sejalan dengan kepercayaan terhadap platform yang menyebarkannya. Laporan Digital News Report mencatat kepercayaan terhadap media (termasuk platform berita profesional) sedikit meningkat di Indonesia dari 35% pada 2024 menjadi 36% pada 2025, meski media sosial tetap menjadi sumber berita dominan. (Kompas)

Artinya, publik cenderung percaya pada merek media yang kuat dan kredibel, tetapi tetap skeptis terhadap media sosial sebagai distributor informasi, terutama dalam hal akurasi dan integritas konten.

5. Sistem Moderasi dan Regulasi Semakin Diperlukan

Respons terhadap fenomena ini telah muncul di berbagai belahan dunia. Banyak negara mulai memperketat regulasi konten, termasuk Indonesia yang menuntut platform global seperti TikTok dan Meta untuk memperkuat moderasi konten untuk mengatasi disinformasi tanpa harus menunggu permintaan resmi. (Reuters)

Ini adalah bukti nyata bahwa pengakuan terhadap masalah kepercayaan bukan hanya retoris: pemerintah dan publik semakin menuntut tanggung jawab platform atas dampak sosialnya.

6. Kesimpulan: Kepercayaan Beralih, Bukan Hilang

Kesimpulannya, kepercayaan terhadap media sosial sebagai ruang informasi netral sedang menurun baik di Indonesia maupun global, meskipun platform tetap digunakan secara luas. Publik sekarang lebih selektif, memercayai sumber yang memiliki kredibilitas dan rekam jejak yang jelas, serta semakin mengharapkan transparansi dan tanggung jawab dari penyedia platform.

Media sosial tidak akan hilang, tetapi peranannya sebagai sumber informasi utama kini dipertanyakan, dan kepercayaan yang dulu diberikan secara otomatis kini harus diperjuangkan kembali melalui transparansi, moderasi konten yang efektif, dan perlindungan nyata terhadap ruang ekspresi publik yang aman.

Penulis : Anwar Chow

Editor : Aris Darmawan

Be First to Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *