PROTIMES.CO – Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga beras di Zona I dan II mulai menurun, sementara di Zona III yang meliputi Maluku, dan Papua masih relatif mengalami kenaikan.
Pada akhir Agustus terdapat 214 daerah yang mengalami tren kenaikan harga beras, maka pada awal September jumlahnya menurun drastis menjadi 100 daerah. Artinya, terdapat 114 daerah yang kini mengalami penurunan harga beras.
Capaian tersebut diapresiasi Anggota Komisi IV DPR RI, Jaelani. Menurutnya, tren penurunan harga beras tidak lepas dari langkah pemerintah dalam menertibkan ekosistem perdagangan beras di tanah air.
“Penertiban beras oplosan dan gencarnya operasi pasar yang dilakukan pemerintah patut diapresiasi. Hal ini terbukti mampu menekan harga beras di sebagian besar daerah,” ujar Jaelani di Jakarta, Senin (8/9/2025).
Politisi PKB ini menekankan agar pemerintah tidak cepat berpuas diri. Ia mengingatkan masih ada 100 daerah terutama di wilayah Zona III yang mengalami kenaikan harga beras sehingga perlu perhatian serius.
“Pemerintah perlu terus melakukan perbaikan dalam ekosistem perdagangan beras, termasuk memperluas jangkauan operasi pasar. Jangan sampai masyarakat di wilayah timur Indonesia terus menanggung beban harga beras yang tinggi,” tegasnya.
Jaelani juga menyoroti pentingnya peran Perum Bulog dalam menjaga stabilitas harga. Menurutnya, Bulog harus lebih proaktif dalam melakukan distribusi cadangan beras pemerintah (CBP) ke wilayah-wilayah yang rawan lonjakan harga.
“Bulog jangan hanya fokus di Jawa dan Sumatra. Pasokan CBP harus lebih digencarkan ke kawasan timur Indonesia. Dengan begitu, disparitas harga antarwilayah dapat ditekan,” tukasnya.
Pewarta: Khairul
Editor: Reza
Be First to Comment