PROTIMES.CO — Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, terus meningkat. Pemerintah pusat pun mengambil langkah cepat dengan mengerahkan armada udara dan menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) guna mempercepat proses pemadaman.
Hingga 20 Juli 2025, Rokan Hilir mencatatkan 354 hotspot dengan 9 titik api aktif, menjadikannya wilayah dengan tingkat kejadian karhutla tertinggi di Provinsi Riau. Kebakaran dilaporkan melanda lahan gambut kering yang sulit dijangkau karena keterbatasan sumber air.
“Dari pengamatan, kebakaran terpantau melanda lahan gambut yang sangat kering dengan akses minim terhadap sumber air,” ujar Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq saat melakukan pemantauan langsung di lokasi.
“Titik api juga ditemukan pada hutan produksi dan hutan produksi terbatas yang rentan terhadap penyebaran api secara masif,” imbuhnya.
Sebagai respons darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengerahkan lima helikopter water bombing yang sejauh ini telah melakukan 594 sortie pengeboman air, dengan volume mencapai 2.376.000 liter.
Tak hanya itu, OMC mulai diaktifkan pada 21 Juli 2025 untuk meningkatkan potensi hujan di Rokan Hilir dan sekitarnya. Langkah ini diharapkan dapat membantu menekan laju kebakaran di kawasan gambut dan hutan produksi.
KLH/BPLH juga memperkuat koordinasi dengan BNPB, TNI, Polri, dan pemerintah daerah untuk memastikan respons berjalan cepat dan efektif. Pemerintah daerah pun diminta mempercepat tindakan dengan melibatkan masyarakat di tingkat tapak.
“Kita akan terus berkoordinasi dengan semua pihak untuk mengakhiri munculnya bahaya asap yang ada di Rokan Hilir. Kami akan segera menghubungi Kepala BNPB untuk segera mengirimkan bantuan pemadaman,” ucap Hanif.
Menteri LH juga mengapresiasi upaya pemda dan seluruh jajaran dalam penanggulangan awal, seraya menegaskan pentingnya peningkatan intensitas pemadaman demi menyelesaikan karhutla dalam waktu secepatnya.
Pewarta: Dzakwan
Editor: Khopipah
Be First to Comment