PROTIMES.CO – Pentas “Wayang Orang Gatotkaca, Ksatria dari Pringgondani” yang digelar Minggu lalu di Gedung Kesenian Jakarta sukses memukau penonton dari berbagai generasi.
Didukung oleh sekitar 100 penari dan pengrawit lintas usia dan profesi, pertunjukan ini merupakan kolaborasi antara Sanggar Gending Enem dan Wayang Orang Bharata.
Pentas ini menjadi bukti nyata bahwa seni tradisional seperti wayang orang masih bisa relevan dan diminati di tengah gempuran budaya populer.
Para pengunjung memberikan apresiasi tinggi terhadap penampilan yang memadukan kekayaan budaya Jawa klasik dengan sentuhan teknologi modern, termasuk visualisasi Gatotkaca yang terbang di udara.
Penampilan Ira Wibowo sebagai Pergiwo dinilai mengesankan.
“Melihat penonton dari beragam generasi saja saya sudah senang sekali, apalagi ketika mereka terhibur oleh penampilan saya,” ujarnya.
Ia juga mempersembahkan penampilannya untuk sang ayah yang kerap memerankan Gatotkaca semasa hidup.

Sementara penyanyi Dewi Gita mengaku menghadapi tantangan unik saat menembang narasi dalam bahasa Jawa.
“Logat Sunda saya sangat kental, jadi saya harus berlatih keras. Tapi saya merasa amat terhormat kembali dipercaya Gending Enem,” ujarnya.
Tak kalah kuat, Maudy Koesnaedi yang memerankan Kunti menunjukkan dedikasinya dengan tetap berlatih meskipun berdomisili di Bali. Ia bahkan rela datang ke Jakarta untuk gladi resik di tengah kesibukannya.
“Saya berusaha menampilkan yang terbaik,” katanya.
Generasi muda pun dilibatkan. Mikail (16) dan Dimas (12), dua remaja penari yang memerankan Gatotkaca muda dan anak-anak, menunjukkan bahwa estafet pelestarian budaya sedang berlangsung. Mereka tampil penuh semangat dan disiplin.
Sejumlah penonton memberikan pujian seusai pertunjukan.
“Saya benar-benar takjub melihat pertunjukannya begitu hidup,” ujar salah satu penonton bernama Astari.
Tita, penonton lainnya, menyoroti alur cerita yang kuat dan tarian yang luwes namun penuh tenaga.
Gending Enem yang berdiri sejak tahun 2018 terus berupaya menjadikan seni tradisi sebagai ruang kreatif yang hidup.
Ketua yayasan, Arief Katoro, membuka kolaborasi dengan generasi muda untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya.
Pewarta: Dzakwan
Editor: Khopipah
Be First to Comment