Press "Enter" to skip to content

Haidar Alwi: Sufmi Dasco dan Filosofi Mahapatih Gajah Mada dalam Politik Modern

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad. (Foto: DPR RI)

PROTIMES.CO — R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, meyakini bahwa bangsa besar selalu ditopang oleh pemimpin yang tidak mengejar panggung, melainkan menjaga keseimbangan.

Dia menyebut tokoh seperti ini sebagai “penjaga arah”, yang tidak mendominasi layar, tapi memastikan seluruh sistem tetap berjalan dalam satu visi nasional.

Dalam hiruk-pikuk politik nasional pasca-Pemilu 2024, publik sering teralihkan oleh suara-suara lantang, narasi benturan, dan dinamika yang memanas di permukaan.

Akan tetapi, di balik itu semua, Indonesia tetap berdiri stabil, pemerintah berjalan, dan jembatan antarpartai tetap terbentang. 

R. Haidar Alwi melihat salah satu tokoh kunci di balik harmoni itu adalah Sufmi Dasco Ahmad.

Menurutnya, Sufmi Dasco Ahmad sebagai Wakil Ketua DPR RI sekaligus Ketua Harian DPP Partai Gerindra telah memainkan peran ganda yang sangat strategis.

Sufmi menjadi penghubung antara kekuasaan eksekutif dan legislatif, antara elit dan akar rumput, antara tokoh sipil dan unsur militer, antara kepentingan rakyat dan arah negara.

Meskipun begitu, semua itu ia lakukan bukan dengan gegap gempita, melainkan dengan ketenangan yang matang dan pengaruh yang tersebar diam-diam.

Menurut Haidar Alwi, gaya kepemimpinan seperti ini jarang muncul di era politik modern yang penuh pencitraan. Tapi justru di situlah letak kekuatan Dasco.

Sufmi Dasco, menurutnya, bukan hanya memahami sistem, tetapi juga tahu kapan harus bicara dan kapan harus bekerja dalam senyap. Ia tidak tampil sebagai tokoh dominan di layar publik, tapi jejak kerjanya terlihat jelas dalam keberlangsungan konsolidasi nasional.

“Negara ini butuh pemimpin yang mampu meredam, bukan membakar; yang mampu menjembatani, bukan menajamkan jurang. Dan Dasco adalah salah satunya,” tegas Haidar Alwi.

Dalam kacamata Haidar Alwi, kepemimpinan strategis yang dijalankan Dasco hari ini tak ubahnya pengejawantahan nilai-nilai luhur yang pernah dihidupi oleh Mahapatih Gajah Mada dalam konteks kekuasaan modern.

Haidar Alwi menegaskan bahwa Dasco telah memainkan peran sebagai penjaga arah bangsa. Ia bukan sekadar politisi senior, tetapi pemikir sistem yang memahami bagaimana menjaga harmoni di antara kepentingan-kepentingan yang berbeda.

Di tengah pembentukan kabinet Prabowo, Gibran, Dasco terbukti mampu menjembatani berbagai poros kekuasaan tanpa membuat keretakan baru.

Menurut Haidar Alwi, kepemimpinan seperti ini tidak membutuhkan deklarasi, tetapi membutuhkan konsistensi. Tidak butuh simbolisme kosong, tetapi kehadiran nyata dalam proses. Dan itulah yang membuat posisi Dasco tidak hanya penting, tapi juga langka.

“Dalam dunia yang serba cepat ini, kita terlalu sering lupa pada tokoh-tokoh yang bekerja pelan tapi dalam. Dasco adalah representasi dari kekuatan hening, pemimpin yang tidak memaksa dirinya disebut, tetapi tidak bisa diabaikan pengaruhnya,” tegas Haidar Alwi lagi.

Bagi Haidar Alwi, bangsa Indonesia beruntung memiliki sosok seperti Dasco di tengah transisi politik besar. Ia adalah penghubung yang tidak ingin terlihat, tapi selalu hadir. Ia adalah pelindung visi tanpa perlu deklarasi.

“Kalau dulu Mahapatih Gajah Mada menjaga utuhnya Nusantara dengan sumpah dan visi yang besar, maka hari ini kita patut mencermati bahwa ada tokoh yang, meski tak mengucap sumpah di depan rakyat, telah mewujudkan konsolidasi kekuasaan yang nyata demi Indonesia Maju,” pungkas Haidar Alwi.

Pewarta: Khairul

Editor: Khopipah

Be First to Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    © 2025 Protimes.co