PROTIMES.CO — Paguyuban Pengusaha Bajaj Jakarta (Pasapaba) meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memberikan subsidi dan dukungan kebijakan afirmatif bagi Bajaj berbahan bakar gas (BBG) maupun Bajaj listrik.
Ketua Pasapaba H. Tarjono mengatakan langkah tersebut dinilai penting untuk menyelamatkan ikon transportasi khas ibu kota yang kini nyaris punah.
Menurutnya dari sekitar 14.000 unit bajaj yang dulu beroperasi di Jakarta, kini hanya tersisa sekitar 5.000 unit. Kondisi ini terjadi karena kurangnya dukungan pemerintah dan tidak adanya kebijakan lanjutan setelah program konversi BBG diluncurkan.
“Fasilitas pengisian BBG makin langka, tidak ada program peremajaan, dan akhirnya bajaj kalah bersaing dengan TransJakarta, Mikrotrans, serta transportasi daring,” kata Tarjono di Jakarta.
Menurut Tarjono, operasional bajaj sebenarnya sudah pernah dikaji secara profesional oleh konsultan pada 2018, dengan sistem pengaturan berdasarkan zona per kecamatan atau beberapa kelurahan.
Ia menilai, jika sistem zonasi itu dijalankan kembali, maka bajaj sangat mungkin disubsidi seperti Mikrotrans JakLingko.
“Jangan hanya bus besar, bus sedang, dan Mikrotrans yang disubsidi. Pengemudi dan pengusaha bajaj juga bagian dari transportasi rakyat yang harus diperhatikan,” ujarnya.
Dalam hal ini, Pasapaba mencatat, selama bertahun-tahun bajaj ikut menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak kendaraan bermotor (PKB), retribusi KIR, dan administrasi lainnya.
Dengan 5.000 unit aktif, potensi PAD dari sektor ini diperkirakan mencapai Rp750 juta per tahun, dan bisa meningkat jika integrasi digital dan peremajaan dilakukan.
Pasapaba mengusulkan empat langkah utama:
1. Subsidi BBG dan konversi ke bajaj listrik.
2. Program peremajaan unit dan dukungan spare part lokal.
3. Keringanan biaya STNK dan KIR bagi pengemudi aktif.
4. Integrasi digital dengan sistem JakLingko dan e-ticketing wisata.
Tarjono juga menyoroti rencana Dishub DKI yang sejak empat tahun lalu berencana menerbitkan SK Bajaj Wisata di kawasan Kota Tua dan sekitarnya.
Meski telah dilakukan survei dan kajian rute, uji coba program itu belum pernah dilakukan hingga kini.
“Kami mendukung penuh rencana Dishub menjadikan bajaj sebagai transportasi wisata, tapi jangan hanya wacana. Realisasikan uji coba dan tetapkan SK-nya,” ujar Tarjono.
Ia menyebut rute-rute wisata potensial, seperti Kota Tua–Glodok, Monas–Menteng–Gambir, serta Sudirman–Thamrin–Bundaran HI yang bisa dikembangkan menjadi city tour tematik.
Warisan Urban yang Perlu Dijaga Pasapaba menegaskan, bajaj bukan sekadar kendaraan tua, melainkan bagian dari warisan budaya urban Jakarta.
Melalui kebijakan subsidi, peremajaan, dan integrasi wisata, bajaj dinilai bisa bangkit sebagai transportasi hijau, murah, dan berkarakter lokal sekaligus menambah PAD dari sektor pariwisata.
“Kota besar yang beradab bukan yang melupakan sejarahnya, tapi yang mampu memadukan masa lalu dengan masa depan,” tukasnya.
Pewarta: Khairul
Editor: Reza
Be First to Comment