Press "Enter" to skip to content

PWI Kaltim Gelar UKW ke-39, Dorong Profesionalisme Jurnalis Lokal

PROTIMES.CO – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Timur (Kaltim), bekerja sama dengan SKK Migas, Lembaga Uji Kompetensi Pikiran Rakyat, dan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kaltim, melaksanakan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) guna meningkatkan kapasitas dan kompetensi wartawan di Kaltim.

UKW tahun 2025 ini mengusung tema “Meningkatkan Profesionalisme Jurnalis Lokal” dan dilaksanakan dalam dua kloter, yaitu pada tanggal 8–9 September dan 10–11 September 2025. Kegiatan ini berlangsung di Ruang WIEK Diskominfo Kaltim, Senin (8/9/2025), dan dibuka langsung oleh Kepala Diskominfo Kaltim, Muhammad Faisal.

Acara ini turut dihadiri oleh Senior Analis Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi Andy Irmawati, Ketua Lembaga Uji Pikiran Rakyat Refa Riana, Ketua PWI Kaltim Abdurrahman Amin, serta para penguji dari Lembaga Uji Kompetensi. Pelaksanaan UKW kali ini merupakan yang ke-39 di Kalimantan Timur.

Dalam sambutannya, Muhammad Faisal menyampaikan pentingnya tiga pilar kompetensi, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja (etika). Ia menekankan bahwa meskipun pengetahuan dan keterampilan wartawan sudah baik, aspek etika harus menjadi pondasi utama profesionalisme.

“Dia hebat dalam ilmu, hebat dalam keterampilan, tapi kalau etikanya tidak ada, ya tidak ada artinya juga,” ujarnya.

Faisal mengusulkan agar materi psikologi komunikasi dan etika komunikasi lebih ditekankan dalam kurikulum UKW. Menurutnya, etika adalah cerminan dari profesionalisme, sementara psikologi komunikasi penting agar wartawan dapat memahami narasumber dengan baik serta menyampaikan informasi secara tepat dan berimbang.

Ia juga menyinggung tantangan dunia media saat ini, termasuk keberanian wartawan dalam menyampaikan informasi, namun tetap dalam koridor etika dan tidak memprovokasi situasi sensitif.

“Saya tidak pernah take down berita, saya hanya memberi teguran. Wartawan silakan menulis, tapi juga harus siap diberi hak jawab. Jangan asal tulis lalu tak siap jika dibalas,” tegasnya.

Lebih lanjut, Faisal mendorong wartawan dan media agar lebih mandiri dan tidak bergantung sepenuhnya pada pemerintah.

“Banyak media yang tumbuh karena inovasi dan kemandirian. Contohnya, salah satu media yang kini punya 40–50 karyawan. Itu semua karena kerja keras, kreativitas, dan semangat wirausaha,” ungkapnya.

Ia berharap asosiasi-asosiasi wartawan seperti AMSI, SMSI, JMSI, dan lainnya dapat mulai menyisipkan materi tentang kemandirian media, termasuk kisah-kisah best practice dari media yang berhasil membangun usaha secara mandiri.

Faisal juga berpesan agar wartawan menjaga netralitas dan tidak ikut dalam aksi-aksi demonstrasi, melainkan cukup meliput secara profesional.

“Wartawan jangan ikut demo. Tulis saja demonya. Kalau wartawan ikut demo, ini bisa merusak citra,” ujarnya.

Ia mengajak peserta UKW untuk terus meningkatkan kapasitas diri, berpikir kreatif, dan berani berinovasi, karena masa depan industri media berada di tangan generasi muda yang adaptif dan berkompeten.

Sementara itu, Ketua PWI Kaltim Abdurrahman Amin mengatakan bahwa perkembangan jurnalisme dan media baik secara global, nasional, maupun lokal mengalami dinamika yang sangat besar. Peristiwa-peristiwa yang menimpa rekan-rekan jurnalis belakangan ini cukup memprihatinkan, salah satunya adalah pembunuhan jurnalis di Gaza, Palestina.

“Kita bisa lihat, misalnya, tenda dengan tulisan besar ‘PERS’ yang sengaja dibom oleh pasukan Israel. Tujuannya jelas: agar tidak ada lagi informasi utuh yang bisa keluar tentang kondisi di Gaza. Itu adalah tindakan yang disengaja,” ungkapnya.

Ia menyampaikan, hingga hari ini, hampir 200 jurnalis tewas sejak perang di Gaza meletus pada Oktober 2023. Ini menunjukkan bahwa upaya pembungkaman informasi terjadi secara terang-terangan.

“Tantangan lain yang kita hadapi adalah disrupsi besar di industri media. Media profesional kini semakin sulit dijangkau karena masifnya perang di media sosial, yang pada akhirnya membuat kepercayaan publik terhadap media kian menurun,” ujarnya.

Di tingkat nasional, Dewan Pers mencatat sebanyak 625 pengaduan hanya dalam semester pertama tahun ini. Jumlah tersebut meningkat signifikan dibanding sebelumnya, menandakan bahwa kualitas karya jurnalistik masih perlu terus diuji dan ditingkatkan.

Ia juga menyoroti tren pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri media yang terus meningkat. Namun, fenomena ini belum terlalu berdampak di Kalimantan Timur, karena pertumbuhan media dan wartawan di daerah ini masih cukup positif. Meski demikian, hal ini tetap harus menjadi perhatian bersama.

Abdurrahman Amin berharap melalui kegiatan uji kompetensi ini akan lahir wartawan-wartawan yang benar-benar berkualitas.

“Wartawan tidak boleh tunduk pada algoritma. Mereka harus mengutamakan verifikasi dan menjaga kualitas informasi. Di era pertumbuhan media sosial saat ini, masyarakat dibanjiri informasi, namun sering kali informasi yang disuguhkan dangkal dan minim makna. Kita dibanjiri data, tapi miskin akan pemahaman,” ucapnya.

Karena itu, media lokal harus mampu menjadi infrastruktur pembangunan pengetahuan sekaligus pilar demokrasi. Dukungan dari publik, sektor swasta, termasuk SKK Migas, serta kebijakan daerah sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan media berbasis pers yang sehat.

Hanya dengan media yang menjunjung tinggi nilai-nilai pers yang benar, informasi yang disajikan tidak hanya akurat, tetapi juga mampu mencerdaskan masyarakat.

Dalam kesempatan yang sama, Andy Irmawati, Senior Analis Formalitas dan Komunikasi SKK Migas, menyampaikan sambutan mewakili Kepala SKK Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi, Azhari Idris.

Ia menyampaikan bahwa peran jurnalis profesional sangat strategis dalam pembangunan, khususnya dalam menyampaikan informasi yang benar, akurat, dan mendidik mengenai kegiatan industri migas.

“Industri ini memiliki kontribusi yang sangat penting bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Andy Irmawati menambahkan bahwa UKW bukan semata-mata penilaian teknis, melainkan bagian dari proses pembentukan lingkungan jurnalistik yang kuat, profesional, dan bertanggung jawab.

“Kami menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para penguji dan narasumber yang telah bersedia meluangkan waktu, berbagi pengalaman, serta memberikan pengawasan dan pendampingan selama kegiatan ini berlangsung,” ucapnya.

Kepada seluruh peserta UKW, Andy menyampaikan bahwa keikutsertaan mereka adalah bukti komitmen terhadap profesionalisme.

“Jadikanlah kegiatan ini bukan hanya sebagai sarana untuk lulus ujian, tetapi juga sebagai titik tolak untuk terus tumbuh menjadi jurnalis yang kredibel, beretika, dan visioner,” katanya dalam sambutannya.

“Semoga kegiatan ini berjalan lancar dan memberikan hasil yang optimal. Harapan kami, UKW ini dapat menjadi komite yang melahirkan lebih banyak jurnalis yang mampu menyampaikan informasi yang mencerahkan dan turut membangun bangsa yang kita cintai,” pungkasnya. (to)

Be First to Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *