PROTIMES.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2025 yang menunjukkan perlambatan menjadi 4,87 persen secara tahunan, disertai kontraksi sebesar 0,89 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Perlambatan ini turut memperbesar tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang ditutup melemah di level Rp16.455 dalam perdagangan pada Senin (5/5/2025).
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa perlambatan ekonomi domestik mencerminkan lemahnya daya dorong fiskal dan konsumsi, sehingga mengurangi ketahanan rupiah terhadap gejolak eksternal.
“Konsumsi rumah tangga tetap menjadi andalan, tapi belum cukup kuat menahan tekanan dari sektor lain yang masih lemah,” ujarnya.
Faktor eksternal juga memperparah situasi ini. Ketidakpastian hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah menjadi ancaman serius bagi stabilitas nilai tukar negara berkembang. Apalagi, pasar juga berhati-hati menanti hasil rapat kebijakan The Fed akhir pekan ini.
Meskipun begitu, menurut Ibrahim, harapan masih terbuka melalui percepatan belanja pemerintah, khususnya dalam bentuk proyek infrastruktur dan bantuan sosial yang dapat mendorong daya beli masyarakat.
Kecepatan pencairan anggaran, lanjutnya, akan sangat menentukan arah pertumbuhan pada kuartal berikutnya.
Ia menambahkan bahwa langkah-langkah Bank Indonesia dalam menjaga likuiditas dan intervensi pasar menjadi penting untuk meredam volatilitas rupiah.
“Pemerintah juga harus mampu menjaga komunikasi publik yang transparan untuk menjaga kepercayaan investor,” ucapnya.
Dengan berbagai tekanan tersebut, rupiah diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif dalam kisaran Rp16.440 hingga Rp16.500 pada perdagangan mendatang.
Stabilitas jangka pendek sangat ditentukan oleh kombinasi strategi fiskal, moneter, dan respons terhadap dinamika global yang cepat berubah.
Pewarta: Dzakwan
Editor: Khopipah