PROTIMES.CO – Polri mengungkap bahwa jaringan pelaku penyebaran SMS phishing melalui fake base transceiver station (BTS) dikendalikan dari jarak jauh menggunakan aplikasi Telegram.
Modus ini memungkinkan pelaku utama tetap beroperasi tanpa hadir langsung di lokasi.
Dirtipid Siber Bareskrim Polri Brigjen Himawan Bayu Aji mengatakan, kendaraan pelaku telah disiapkan lengkap dengan perangkat blasting SMS.
“Driver hanya mengemudikan kendaraan sesuai rute yang ditentukan lewat Google Maps, perintahnya datang dari grup Telegram,” jelasnya.
Perangkat BTS palsu di dalam kendaraan itu digunakan untuk mengirim pesan berisi tautan phishing ke ponsel-ponsel yang terdeteksi di sekitarnya.
“Setelah menerima SMS, ada korban yang mengikuti instruksi dan mengklik link, sehingga uang mereka berhasil dicuri,” ujar Himawan.
Kabareskrim Polri Komjen Pol Wahyu Widada menegaskan, para pengemudi tidak memiliki peran teknis.
“Mereka hanya orang biasa, tidak perlu keahlian khusus. Semua sudah disiapkan oleh pengendali dari jauh,” katanya.
Modus ini dinilai sangat berbahaya karena bisa dilakukan di berbagai lokasi, terutama area padat penduduk.
“Yang menjadi bos di atasnya ini akan kita cari. Kita tetapkan sebagai DPO dan bekerja sama dengan Imigrasi karena mereka ini juga orang China,” ujar Wahyu.
Hingga kini, ada enam laporan polisi terkait kasus ini. Tiga bank diketahui menjadi sasaran pencurian dana dari para korban. Kerugian total ditaksir mencapai lebih dari Rp473 juta.
Polri menyebut pihaknya masih terus mengembangkan penyelidikan untuk membongkar seluruh jaringan yang terlibat dalam kejahatan digital ini.
Pewarta: Dzakwan
Editor: Khopipah
